PROFESI
KEPENDIDIKAN
TENTANG
“
Tantangan
Guru Dalam Pembelajaran “
Di
susun
OLEH
:
KELOMPOK
4
1. MARATTUS
SOLIHAH
2. JOHAR
MAKNUN
3. HILMI
ZURAIDA
4. MUFARRIZAN
JURUSAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN (STKIP) HAMZANWADI SELONG
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
keberhasilan
pendidikan nasional akan ditentukan oleh keberhasilan kita sebagai seorang guru
dan pendidik dalam mengelola pendidikan nasional manakala didalamnya guru
menempati posisi utama. Dan penting memang harus diakui dan tak dapat disangkal
lagi selama ini peran guru diperlakukan “kurang taat asas” dalam arti
dinyatakan sebagai sosok panutan, namun tampa disertai kesedian untuk
menghargai tugas mereka sebagaimana mestinya. Dengan kata lain, keinginan untuk
“memprofesionalisasikan” jabatan guru masih belum memiliki pijakan struktural
yang memadai.
Dalam
Implementasinya, jabatan guru sangat berhubungan erat dengan hambatan dan
tantangan yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Tantangan ini berasal dari
dalam (internal) maupun dari luar (eksternal) yang perlu ditangani dengan
perhatian khusus agar tantangan dan permasalahnnya tidak berakibat negative
terhadap proses pembelajaran. Oleh karena itu
pada kesempatan ini pemakalah akan mencoba mengkaji tentang tantangan
guru dalam pembelajarannya, serta mengkorelasikannya dengan tantangan jabatan
fungsional keguruan.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1. bagaiman seorang guru dalam mengajar?
2.
bagaiman tantangan seorang guru dalam mengajar siswa?
3.
bagaiman tantangan guru di era perubahan?
1.3
TUJUAN
1. mengetahui cara guru dalam mengajar
2.
mngetahui tantangan guru dalam mengajar
3.
tantangan guru dalam era perubahan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 TANTANGAN GURU DALAM
PEMBELAJARAN
Menjadi
guru itu gampang-gampang susah. Gampang kalau guru hanya memindahkan materi pelajaran
yang ada di buku ke otak siswa. Tetapi, akan lebih sulit bila menjadi guru yang
dapat memotivasi siswa agar lebih aktif belajar dimana pun ia berada. Artinya,
siswa tersebut mampu menerima informasi dan menjadikan informasi tersebut
sebagai bahan pelajaran. Tantangan para guru sebenarnya adalah bagaimana
memberikan motivasi kepada para siswanya agar mereka tidak terpaku pada
buku-buku teks pelajaran yang ada disekolah saja. Tapi diharapkan para siswa
tersebut mampu menemukan cara terbaik untuk belajar dari diri dan lingkungan
sekitarnya.
Pembelajaran
bukanlah ilmu tetapi seni. Seni bagaimana kita mengelola kemampuan berpikir
kita, menggunakan akal kita, mempergunakan sumber daya yang kita miliki agar
memberikan manfaat tidak hanya bagi diri kita sendiri tapi juga lingkungan
kita. Jadi pembelajaran itu bersifat spesifik, dan masing-masing guru tidak
bisa disamaratakan. Guru yang baik adalah guru yang mengetahui seni mendidik
dan mengajar. Guru yang hanya terpaku pada buku teks pelajaran semata bukanlah
guru yang baik. Guru yang baik adalah yang mengetahui perbedaan masing-masing
potensi yang dimiliki oleh para siswanya.
Para
siswa memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda. Disinilah letak seni
mengajar itu. Guru yang mengerti akan kemampuan siswanya, tidak akan memberikan
pendekatan yang sama bagi para siswanya. Perbedaan perlakuan tersebut misalnya,
siswa yang cerdas tidak bisa disamakan pendekatan pembelajarannya dengan siswa
yang kurang cerdas. Demikian pula terhadap siswa yang aktif, pendiam, periang,
penurut, nakal, tentu memerlukan pendekatan yang tidak sama.
Hal
ini perlu dilakukan agar semua potensi yang dimiliki oleh siswa dapat
berkembang secara maksimal. Guru yang mampu melakukan hal tersebut dipastikan
akan menghasilkan siswa yang berprestasi. Karena itu, para guru harus dibekali
kemampuan untuk mengetahui latar belakang dan potensi yang ada para siswanya.
Pendekatan terhadap siswa tidak bisa dilakukan secara sepintas lalu, tapi harus
dilakukan secara kontinu dan simultan. Sebab, setiap saat para siswa itu bisa
berubah, dan perubahan itu harus diketahui oleh para guru untuk menyesuaikan
pendekatan yang harus dilakukan.
Cara
memberikan pengetahuan kepada para siswa adalah dengan memberikan pengetahuan
tentang cara menemukan pengetahuan tersebut, serta dimana tempat untuk
memperoleh pengetahuan tersebut. Buku merupakan salah satu tempat untuk
memperoleh pengetahuan. Karena itu, buku harus disediakan dengan jumlah yang
cukup. Setelah itu, harus diajarkan bagaimana cara menggunakan buku tersebut agar
memberikan manfaat yang maksimal bagi para siswa.
Banyak
guru-guru kita yang lalai dengan kedua hal tersebut. Buku mungkin lumrah bagi
para guru. Tapi bagaimana menggunakan buku tersebut secara baik mungkin tak
banyak diberikan oleh para guru. Mereka terpaku pada bagaimana memindahkan
angka dan huruf yang ada di dalam buku ke otak siswa. Tidak salah memang, tapi
dengan cara ini tidak bisa memaksimalkan pengetahuan yang di dapat oleh para
siswa. Eksplorasi kemampuan siswa agar mereka mampu menjadikan pengetahuan yang
mereka miliki sebagai jembatan yang menghubungkan mereka dengan dunia luar
merupakan tantangan terbesar yang dihadapi para guru. Banyak siswa yang
sebenarnya memiliki potensi secara fisik dan jasmani, tapi karena guu tak mampu
mengeksplor kemampuan tersebut akhirnya tenggelam dengan sendirinya. Kalau hal
ini terjadi, sungguh sangat disayangkan.
Karenanya,
peningkatan mutu guru tidak hanya sebatas pada peningkatan pengetahuan guru,
tetapi lebih dari itu adalah memberikan pengalaman bagaimana para guru
mengetahui seni belajar dan mengajar. Kalau hal ini bisa dilakukan, akan lebih
banyak lagi para siswa kita yang memiliki prestasi disegala bidang.
2.2 TANTANGAN
PENDIDIKAN DI ERA PERUBAHAN
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat selama ini membawa dampak
terhadap jarak antarbangsa di dunia sehingga fenomena ini bersifat global
Akibat
pengaruh globalisasi menghadirkan problem baru berupa kesenjangan antara
kemajuan IPTEk sekarang dengan kurikulum sekolah. Di lain pihak, motivasi
belajar dan minat belajar siswa masih rendahyang mengakibatkan kualitas lulusan
sebagai hasil pendidikan cenderung merendah pula.
Persoalan
yang dihadapi sekarang yaitu bagaiman menemukan pendekatan yang terbaik untuk
menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di dalam mata pelajaran tertentu
sehingga semua siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep
tersebut. Bagaimana setiap individual mata pelajaran dipahami sebagai bagian
yang saling berhubungan dan membentuk satu pemahaman yang utuh. Bagaimana
seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan siswanya yang selalu
bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu dan hubungan dari
apa yang mereka pelajari. Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang
beragam dari seluruh siswa sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep
dan cara mengaitkannya dengan kehidupan nyata sehingga dapat membuka berbagai
pintu kesempatan selama hidupnya. Hal ini merupakan tantangan yang dihadapi
guru setiap hari dan tantangan bagi pengembangan kurikulum.
Pandangan
Komisi Internasional untuk pendidikan Abad ke 21 sengaja dikutip guna
memberikan latar belakang akan pentingnya peran guru . peran itu lebih penting
lagi bagi dunia pendidikan di Indonesia. Soedijarto (2003) menyebutkan ada beberapa
dasar perimbangan yang melatarbelakangi pendangan tentang determinannya peranan
pendidikan sekolah yang memerlukan keterlibatan guru dalam proses pendidikan di
Indonesia, sebagaimana berikut.
Masyarakat
yang dicita-citakan untuk dibangun, bahkan sejak proklamasi kemerdekaan, baik
secara sosial, budaya, ekonomi, dan politik berbeda dengan masyarakat yang
dihayati sehari-hari.
Dalam
proses transisi menuju masyarakat industri yang modern, peranan keluarga
sebagai salah satu sentra yang secara tradisional sangat penting menjadi
diragukan karena kelangkaan waktu orangtua bersama anak (karena harus bekerja),
kurang memadainya ruang fasilitas rumah sebagai lingkungan pendidikan.
Tiadanya
kepedulian pendidikan dalam kehidupan masyrakat diluar sekolah dan keluarga
yang seharusnya menjadi sentra ketiga pendidikan (tiadanya tempat bermain bagi
anak di lingkungan masyarakat, tiadanya disiplin social dan tingkah laku orang
dewasa).
Untuk
dapat melaksanakan tugasnya secara professional, efisien, dan efektif, menurut Gaffar
(2005), guru harus memenuhi persyaratan sebagai berikut. :
1.
Menguasai ilmu pendidikan termasuk konsep, teori, dan proses.
2.
Menguasai teaching learning strategies.
3.
Memahami ICT dan menguasainyan untuk diaplikasikan dalam proses
pembelajaran terutama untuk mendukung penerapan learning strategies yang
dikembangkan oleh guru.
4.
Menguasai psikologi perkembangan, psikologi anak dan psikologi
kognitif.
5.
Menguasai teori belajar.
6.
Memahami berbagai konsep pokok sosiologi dan antropologi yang
relevan dalam proses pendidikan dan perumbuhan anak didik.
7.
Menguasai bidang studi tertentu yang relevan dengan tugasnya
sebagai guru pada jenjang peresekolahan tertentu.
8.
Memahami administrasi pendidikan.
9.
Menguasai konsep dan prinsip pengembangan kurikulum.
10. Memahami
dan menguasai pendidikan nilai
11. Memahami
teori dan proses globalisasi dan implikasinya terhadap proses pendidikan
peserta didik.
Dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan tersebut, menurut pasal 20, guru
berkewajiban untuk melaksanakan hal-hal berikut.
1.
Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
2.
Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu penegetahuan, teknologi,
dan seni.
3.
Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan
jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar
belakang keluarga, dan status social ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
4.
Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hokum, dank ode
etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.
5.
Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
6.
Semua kegiatan dan fasilitas yang dipilih serta peranan yang
dilakukan guru harus tertuju pada kepentingan siswa, diarahkan pada memenuhi
kebutuhan siswa, disesuaikan dengan kondisi siswa, dan siswa menguasai apa yang
diberikan atau memperoleh perkembangan secara optimal. Dalam mengoptimalkan
perkembangan siswa, ada tiga langkah yang harus ditempuh.
7.
Mendiagnosis kemampuan dan perkembangan siswa. Guru harus mengenal
dan memeahami siswa dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah
dicapainya, kemampuan–kemampuannya. Keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang
dihadapi dan faktor-faktor dominan yang mempengaruhinya. Setiap peserta didik
sebagai individu mempunyai kemampuan, kecepatan belajar, karakteristik, dan
problem-problem yang berbeda dengan individu-individu lainnya. Perkembangan
yang optimal hanya mungkin dapat dicapai apabila kegiatan yang dilakukan siswa
dan bantuan yang diberikan guru, diseusaikan dengan kondisi tersebut.
8.
Memilih cara pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa.
Pembelajaran yang betul-betul disesuaikan dengan perbedaan individual sehingga
pembelajaran pun bersifat individual. Pendekatan demikian pernah dilaksanakan
pada delapan PPSP dengan menggunakan system modul, tetapi karena alasan-alasan
tertentu, PPSP dibubarkan dan metode tersebut tidak digunakan lagi
9.
Kegiatan pembimbingan. Pemilihan dan penggunaan metode dan media
yang bervariasi bisa mengoptimalkan perkembangan siswa bisa juga tidak.
Pelaksanaan metode pembelajaran tersebut perlu disertai dengan usaha-usaha
pemberian dorongan, bantuan, pengawasan, pengarahan dan bimbingan dari guru.
Pembimbingan ini diberikan pada saat kegiatan pembelajaran, atau diluar
kegiatan pembelajaran.
Tantangan
Eksternal dalam Dunia Pendidikan
Tantangan
eksternal yang dirasakan dunia pendidikan saat ini antara lain:
1.
Globalisasi
Globalisasi sering diterjemahkan dengan istilah mendunia. Suatu
entitas, betapapun kecilnya,disampaikan oleh siapa pun, di mana pun dan kapan
pun, akan dengan cepat menyebar ke seluruh pelosok dunia, baik berupa ide,
gagasan, data, informasi, produksi, temuan obat-obatan, pembangunan,
pemberontakan, sabotase, dan sebagainya;begitu disampaikan saat itu pula
diketahui oleh semua orang di seluruh dunia.
2.
Kompleksitas
Kompleksitas mengesankan bahwa sesuatu terjadi secara serentak,
sekaligus, dalam waktu yang sama, dan semrawut. Saat ini, semua pihak, terutama
para pesaing, pemimpin perusahaan, supplier, distributor, ilmuwan, dan
pemimpin, berada dan berlomba dalam perubahan yang terus menerus.
3.
Turbulence
Adalah suatu daya atau kekuatan yang dahsyat bagaikan membangunkan
harimau tidur di tengah-tengah sistem kehidupan yang berjalan rutin, normal dan
damai. Turbulence berasal dari istilah yang menggambarkan kekuatan dahsyat dari
tenaga mesin seperti “mesin turbo” untuk menggambarkan kekuatan mobil yang
berkemampuan tinggi. Hasil dari turbulence dalah daya ledak atau daya ubah yang
luar biasa, memporak-porandakan sistem peluang emas bagi para pelaku sistem.
4.
Dinamika
Inti pengertian dinamika adalah perubahan. Suka atau tidak suka,
kita harus menyambut perubahan. Paradigma baru dalam memandang dinamika adalah
makin dinamis sesuatu, ia makin stabil, dan stabilitas yang makin kokoh akan
semakin menjamin dinamika tinggi pula bagaikan “gangsing” yang berputar cepat,
makin cepat perputaran, makin stabil keseimbangannya. Sebaliknya, makin lambat
perputaran atau gerakannya , makin tidak stabil dan akhirnya jatuh. Tetapi
masalahnya adalah gerakan dinamika yang semakin tinggi juga membuka peluang
benturan antara berbagai komponen atau mata rantai elemen yang menjadi
unsure-unsur dari sistem yang bersangkutan, dan terbuka peluang catastrophes
(kecelakaan atau kegagalan).
5.
Akselerasi
Adalah gerak naik atau gerak maju yang dalam era informasi hal itu
adalah perubahan, dengan kata-kata kunci akselerasi cepat dan meningkat; di
dalam dunia bisnis, factor kunci yang menentukan sukses adalah kompetisi.
6.
Keberlanjutan dari Kuno Menuju Modern
Ada suatu kenyataan bahwa yang modern tidak begitu saja lahir dan
mengada atau exist tanpa yang tradisional. Sebaliknya, yang tradisional hanya
akan menjadi dongeng masa lalu tanpa diinjeksi dengan temuan, nilai, pemikiran,
semangat, dan harapan baru.
7.
Konvergensi
Konvergensi muncul bila dua sistem yang berbeda bergerak menuju
satu titik temu atau suatu pola tanpa meleburkan diri ke dalam satu sistem. Namun,
berkat teknologi yang semakin canggih dapat diperoleh model baru yang lebih
efektif, produktif, efisien, murah, dan dengan kualitas yang lebih baik. Dalam
era informasi global, terjadi konvergensi yang membawa benturan ide, tradisi,
sistem, dan sebagainya. Dari silang pendapat ini kemudian terdapat nilai-nilai
baru yang secara universal dapat diterima oleh semua pihak, di samping tetap
menyisakan nilai-nilai lama yang berbeda.
8.
Konsolidasi
Di era global, terdapat kecenderungan dari berbagai subsistem yang
tadinya independen kemudian mengadakan konsolidasi ke dalam kesatuan unit atau
block yang lebih besar sekaligus dengan strategi baru untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik.
9.
Rasionalisasi
Semua sistem dalam era globalisasi cenderung berpikir ulang dan
mengevaluasi kembali alat-alat dan strateginya agar lebih efektif, efisien,
dan produktif dalam mencapai tujuannya.
Sering kali hal itu dilakukan dengan men-setting ulang atau merumuskan kembali
tujuan yang ingin dicapai atau meredefinisikan visi, misi, orientasi, tujuan,
strategi, alat, SDM-nya, dan sebagainya; demi tercapainya cita-cita yang
dituju.
10. Paradoks
Global
Paradox merupakan suatu perumusan atau pernyataan yang absurd,
membingungkan karena tampak bertentangan.sebab, di dalamnya berisi dua entitas
yang saling bertentangan satu sama lain, tetapi dikemas dalam satu perumusan
atau satu pernyataan. Meski demikian paradox tetap abash dan dibenarkan,
misalnya “lebih sedikit adalah lebih banyak”. Pernyataan tersebut berasal dari
bidang arsitektur yang maksudnya adalah makin sedikit Anda mengacau suatu
gedung dengan hiasan, makin anggun gedung dimaksud.
11. Kekuatan
Pikiran
Sejarah mencatat, orang berilmu selalu mendapatkan kedudukan social
yang lebih tinggi dan penting. Makin tinggi ilmu yang disandangnya, makin
tinggi dan penting kedudukan sosialnya. Sebaliknya jika semakin maju dan modern
suatu masyarakat, maka makin memberikan peluang bagi warganya untuk meraih ilmu
dan kedudukan yang lebih tinggi.
BAB
III
PENUTUP
3.1
SIMPULAN
Cara
memberikan pengetahuan kepada para siswa adalah dengan memberikan pengetahuan
tentang cara menemukan pengetahuan tersebut, serta dimana tempat untuk
memperoleh pengetahuan tersebut. Buku merupakan salah satu tempat untuk
memperoleh pengetahuan. Karena itu, buku harus disediakan dengan jumlah yang
cukup. Setelah itu, harus diajarkan bagaimana cara menggunakan buku tersebut
agar memberikan manfaat yang maksimal bagi para siswa.
3.2
SARAN
DAFTAR
PUSTAKA
Usman,
user muh.2001 menjadi guru professional.Bandung : Rosda Karya
Soetijpto.(2000)
.profesi keguruan .Jakarta : Rineka Cipta
Djam
an satori.2004 .profesi keguruan .jakarta : universitas terbuka
Soetijpto
dan Raflis kosasi .1999. profesi keguruan .jalarta : Rineka Cipta
No comments:
Post a Comment